Jumat, 26 Oktober 2012

Laporan Praktikum Kultur Scenedesmus sp.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

        Di dalam suatu perairan terdapat berbagai jenis organisme. Salah satu diantaranya adalah plankton. Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang di perairan. Plankton terdiri dari organisme-organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Terdapat dua jenis golongan plankton, yaitu dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan (fitoplankton). Banyak di antara golongan hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian merekatetap terombang-ambing oleh arus lautan.Dalam ekosistem laut plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton mempunyai peranan penting karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan lautlainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai planktonterutama pada tahap masih berupa telur dan larva. Fitoplankton di perairan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan tumbuhan tingkat tinggi di darat sebagai produsen primer penghasil nutrisi yang sangat diperlukan oleh konsumen-konsumen lain dalamrantai makanan. Sedangkan zooplankton dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahanmakanan yang banyak mengandung asam amino esensial, mineral, vitamin, serta lemak dan karbohidrat. Ada sekitar 20 jenis zooplankton yang secara komersial ditangkap untuk  berbagai macam pemanfaatan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas bidang pandang, untuk membudidayakan fitoplankton, mengetahui ruang lingkup kegiatan kultur fitoplankton (Scenedesmus sp.), mengetahui permasalahan dalam kultur Scenedesmus sp.

1.3 Manfaat Praktikum

 -  Dapat membudidayakan plankton dengan cara yang benar.
 -  Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu pertumbuhan dan kematian plankton.
 -  Menambah pemahaman mahasiswa tentang kultur plankton.
 -  Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam mengkultur plankton dan pengambilan  
    sampel plankton.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kultur

        Kultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977).
Kultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).
Kultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk kepentingan konsumsi manusia (Webster’s Dictionary, 1990)

2.2 Definisi Scenedesmus sp.

Scenedesmus sp. merupakan kelompok mikroalga dan yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan b yang sama dalam proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil tetapi dilaporkan terdapat di beberapa prasinophyceae; √ U-karoten, dan berbagai karakteristik xanthophylls. Hasil asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam kloroplas, kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin.
Scenedesmus sp. yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan air hujan, sungai atau selokan.
Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit. Sebagian besar Scenedesmus dapat hidup di lingkungan akuatik seperti perairan tawar dan payau. Scenedesmus juga ditemukan di tanah atau tempat yang lembab. Sel Scenedesmus berbentuk silindris dan umumnya membentuk koloni. Koloni Scenedesmus terdiri dari 2, 4, 8, atau 16 sel tersusun secara lateral. Ukuran sel bervariasi, panjang sekitar 8--20 µm dan lebar sekitar 3--9 µm. Struktur sel Scenedesmus sederhana. Sel Scenedesmus sp. diselubungi oleh dinding yang tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan dalam yang merupakan lapisan selulosa, lapisan tengah merupakan lapisan tipis yang strukturnya seperti membran, dan lapisan luar, yang menyelubungi sel dalam koloni. Lapisan luar berupa lapisan seperti jaring yang tersusun atas pektin dan dilengkapi oleh bristles.
Scenedesmus sp. dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu ; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group. scenedesmus termasuk dalam kelas Chlorophyceae dan family Scenedesmaceae.
2.3 Klasifikasi Scenedesmus sp

Gambar 1. Scenedesmus sp.
Sumber: Copyright Protist Information Server 1995-2012

Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Cholococcales
Famili : Scenedesmaceae
Genus : Scenedesmus
Species : Scenedesmus dimorphus

2.4 Habitat Scenedesmus sp.

        Scenedesmus sp. biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau, tanah – tanah yang basah , ada pula yang hidup di tempat – tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut, merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Yang bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales.

2.5 Reproduksi Scenedesmus sp.

      Scenedesmus sp. dapat melakukan reproduksi aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual terjadi melalui pembentukan autokoloni, yaitu setiap sel induk membentuk koloni anakan yang dilepaskan melalui sel induk yang pecah terlebih dahulu. Beberapa spesies Scenedesmus dapat melakukan reproduksi seksual dengan pembentukan zoospora biflagel dan isogami.
Karbohidrat, protein, dan lemak bila diuraikan menjadi monomer-monomer penyusunnya, pada akhirnya akan menjadi asetil KoA. Selanjutnya, asetil KoA masuk ke dalam siklus Krebs, dilanjutkan dengan rantai transpor elektron yang akan menghasilkan ATP. Energi yang terkandung dalam ATP tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel Scenedesmus.

2.6 Kegunaan Scenedesmus sp.

      Scenedesmus sp. berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan. Peranan Scenedesmus sp. bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan.
Scenedesmus sp. mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: Produsen primer (penyedia oksigen), Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorella (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E), Sumber pakan alami bagi ikan dan organism air lain (terutama benih), Beberapa diantaranya dibudidayakan sebagai sumber pakan dip anti pembenihan ikan, contoh: chlorella, dunaliella, tetraselmis, dan scenedesmus. Jenis tertentu dimanfatkan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai pengawet makanan, Twtraselmis dan chlorella dikenal sebagai probiotik.





BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1  Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

Tempat :  Laboratorium Gedung Dekanat Lantai 1 FPIK
Waktu :  Hari Senin
Tanggal : 2 April 2012

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang Digunakan
- Mikroskop
- Tabung ukur
- Cover glass
- Pipet tetes
- Toples + tutup
- Aerasi
- Selang plastik, untuk memberikan saluran aerasi
- Lampu neon
- Haemacytometer
- Hand counter
- Plankton net

3.2.2 Bahan yang Digunakan
- Bibit scenedesmus sp.
- Aquades
- Pupuk organik cair

       3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Persiapkan Alat dan Bahan
1. Menyiapkan toples+tutupnya
2. Membersihkan toples+tutupnya
3. Cuci toples dan tutupnya dengan air kemudian di beri alkohol
4. Setelah toples+tutup bersih siapkan aquades yang akan di masukkan ke dalam toples
    sebanyak 1000 ml (scenedesmus).

3.3.2 Perhitungan Kepadatan Stok Awal
Menghitung kepadatan stok awal dengan rumus:
- Rata- rata = A1+A2+A3+A4+A5/ 5
- Kepadatan Scenedesmus sp. stok awal (tanpa cahaya)
A1 = 9
A2 = 8
A3 = 10
A4 = 7
A5 = 2
Total = 36
- Kepadatan Scenedesmus sp. stok awal (menggunakan cahaya)
A1 = 5
A2 = 4
A3 = 6
A4 = 4
A5 = 2
Total = 21

3.3.3 Perhitungan Padat Tebar dan Volume Aquades
-     Perhitungan padat tebar
-     Di cari V2 dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2
Rata-rata x kotak (cover glass) yang digunakan x 104
- Volume Aquades
Volume aquades yang digunakan untuk kultur Scenedesmus sp. adalah 1000 ml

3.3.4  Perhitungan Pengenceran/ Penambahan Aquades Sebagai Media Kultur
-      Menghitung jumlah air aquades yang akan di masukan dalam toples
       Rumus: Volume aquades – ( V2 + pupuk )

   3.3.5 Pemupukan

Setelah aquades dimasukkan ke dalam toples sebanyak 940.9 ml, langkah ke dua adalah memasukkan pupuk cair dengan dosis 3.5 ml/l ke dalam toples menggunakan tabung ukur.
2.3.6 Penebaran
Penebaran bibit Scenedesmus sp dilakukan setelah aquades dan pupuk cair dimasukkan. Bibit Scenedesmus sp dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabung ukur sebanyak 55.6 , setelah itu bibit Scenedesmus sp dimasukkan kedalam toples yang berisi aquades dan pupuk cair.

2.3.7 Aerasi
Setelah aquades, pupuk cair dan Scenedesmus sp di masukkan kedalam toples, kemudian pasangkan aerasi. Aerasi dimasukkan ke dalam tutup toples yang sudah di lubangi terlebih dahulu. Setelah aerasi terpasang, tutup toples dan simpan toples di dekat lampu neon.
Aerasi yang diberikan bertujuan untuk suplai oksigen dan membantu penguapan gas-gas yang tidak berguna, pengadukan untuk menekan pengendapan, memastikan seluruh bibit Scenedesmus sp mendapatkan cahaya dan nutrient yang sama, mengurangi terjadinya stratifikasi suhu, menambah pertukaran gas antara media dan udara. Aerasi diberikan terus menerus, mulai penebaran bibit (inokulasi) sampai kegiatan kultur selesai.

         3.4 Analisis Data

3.4.1 Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
-    Kultur Scenedesmus sp 1 (tanpa lampu)
Hari pertama
Hari ke-1 Kepadatan Scenedesmus sp

individu/ml)
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 14 10   12 22    3
Total =61

Hari ke dua
Hari ke-2 Kepadatan Scenedesmus sp
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 11 7 4 5 2
Total =29

Hari ke tiga
Hari ke-3 Kepadatan Scenedesmus sp
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 17 21 16 16 8
Total =78

Hari ke empat
Hari ke-4 Kepadatan Scenedesmus sp
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 13 24 6 13 19
Total =74

-    Kultur Scenedesmus sp 1 (menggunakan lampu)
Hari pertama
Hari ke-1 Kepadatan Scenedesmus sp
       A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 9 17 11 12 11
Total =60

Hari ke dua
Hari ke-2 Kepadatan Scenedesmus sp
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 12 17 13 17 12
Total =71

Hari ke tiga
Hari ke-3 Kepadatan Scenedesmus sp
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 13 16 15 19 13
Total =76

Hari ke empat
Hari ke-4 Kepadatan Scenedesmus sp
        A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 20 22 11 21 31
Total =105




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

      4.1 Hasil

              4.1.1 Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
-    Perhitungan padat tebar dan volume aquades
     Di cari V2 dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2
Rata-rata x kotak (cover glass) yang digunakan x 104
(tanpa lampu)
36/5 x 25 x 104 = 1.800.000
1.000 x 100.000 = V2 x 1.800.000
100.000.000 = V2 x 1.800.000
V2 – 1.800.000 = 100.000.000
V2 = 100.000.000/1.800.000
V2 = 55.6
(menggunakan lampu)
21/5 x 25 x 104 = 1.050.000
1.000 x 100.000 = V2 X 1.050.000
100.000.000 = V2 X 1.050.000
V2 – 1.800.000 = 100.000.000
V2 = 100.000.000/1.800.000
V2 = 95.2 ml/l
- Volume Aquades
Volume aquades yang digunakan untuk kultur Scenedesmus sp. adalah 1000 ml
-      Menghitung jumlah air aquades yang akan di masukan dalam toples
 Rumus: Volume aquades – ( V2 + pupuk )
 = 1000 – (55.6 + 3.5 )
 = 1000 – 59.1
 = 940.9 ml/l (tanpa lampu)
 Rumus: Volume aquades – (V2 + pupuk)
 = 1000 – (95 + 3.5)
 = 1000 – 98.5
 = 901.5 ml/l (menggunakan lampu)
- Scenedesmus sp. yang di sentrifugasi adalah 1/2 tabung reaksi
Beratnya Scenedesmus sp. yang telah di sentrifugasi adalah 0.05 gram

- Tabel dan Grafik kultur Scenedesmus sp.
Hari ke- Total kepadatan Scenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 61 61/5 x 25 x 104 = 3.050.000
2 29 29/5 x 25 x 104 = 1.450.000
3 78 78/5 x 25 x 104 = 3.900.000
4 74 74/5 x 25 x 104 = 3.700.000
Total 332 indivudu/ml 12.100.000 individu/ml
Tabel Kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu)
             
Grafik kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu)
Hari ke- Total kepadatan Scenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 60 60/5 x 25 x 104 = 3.000.000
2 71 71/5 x 25 x 104 = 3.550.000
3 76 76/5 x 25 x 104 = 3.800.000
4 105 105/5 x 25 x 104 = 5.250.000
Total 312 individu/ml 15.600.000 individu/ml
Tabel Kultur Scenedesmus sp. (menggunakan lampu)
                 
Grafik kultur Scenedesmus sp (menggunakan lampu)

- DATA KELOMPOK LAIN :
             Kelompok 5
Kolom Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 Panen
A1 9 2 4 11 2 4 8 6 11
A2 8 1 6 21 0 2 6 10 27
A3 10 2 2 10 8 9 6 4 24
A4 7 2 3 12 7 3 5 10 23
A5 2 4 5 14 6 6 10 3 24
Jumlah 36 11 20 68 23 24 35 33 109


        Tabel Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
             
Grafik kultur Scenedesmus sp.

Kelompok 7
Hari ke- Total kepadatanScenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 43 43/5 x 25 x 104 =2.150.000
2 35 35/5 x 25 x 104 = 1.750.000
3 20 20/5 x 25 x 104 = 1.000.000
4 42 42/5 x 25 x 104 = 2.100.000
Total 198 indivudu/ml 7.000.000 individu/ml
Tabel Kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu)

               
Grafik kultur Scenedesmus sp.
 
Hari ke- Total kepadatanScenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 46 46/5 x 25 x 104 =2.300.000
2 35 35/5 x 25 x 104 = 1.750.000
3 21 21/5 x 25 x 104 = 1.050.000
4 44 44/5 x 25 x 104 = 2.200.000
5 108 108/5 x 25 x 104 = 5.400.000
Total 254 indivudu/ml 12.700.00 individu/ml


Tabel kultur Scenedesmus sp.
             
Grafik kultur Scenedesmus sp.

Kelompok 27
haemacytometer HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4
A1 4 8 6 3
A2 6 5 4 4
A3 10 9 5 4
A4 3 5 7 4
A5 8 6 5 5
JUMLAH 31 33 27 20
RATA-RATA 10,33333 11 9 6,666667
KEPADATAN 2583333 2750000 2250000 1666667
Data Scenedesmus sp. yang tidak menggunakan lampu ( gagal )

Kolom pada haemacytometer minggu ke 1 minggu ke 2 minggu panen
hari ke1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6
A1 3 5 10 23 15 28
A2 0 7 8 7 21 17
A3 0 4 12 14 16 15
A4 0 3 9 16 28 30
A5 1 3 10 15 23 27
ΣA 4 22 49 75 103 117
Rata  rata 0,8 4,4 9,8 15 20,6 23,4
Kepadatan 200000 1100000 2450000 3750000 5150000 5850000
Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
( sampai tanggal 23 April 2012 (pupuk yang di gunakan 1,5 ml )
 
Grafik Hasil perhitungan scenedesmus per minggu  
               Kelompok 25
kepadatan Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4
A1 28 5 10 25 25 46 53
A2 8 10 15 22 17 38 72
A3 10 12 14 23 36 50 69
A4 7 8 10 20 37 52 74
A5 4 7 12 33 43 50 80
A rata-rata 6,4
= 6 8,4
= 8 12,2
= 12 24,6
= 25 31,6
= 32 47,2
= 47 69,6
= 70

kepadatan Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4
A1 29 6 22 23 40 49
A2 18 4 31 30 35 33
A3 22 4 18 28 20 23
A4 22 4 21 25 32 39
A5 40 4 33 15 42 40
A rata-rata 26.2 4.4 25 24,2 33,8 36,8

Tabel hasil kultur Scenedesmus sp.

Grafik kultur Scenedesmus sp.

Perhitungan Kepadatan
Hari ke- 1 2 3 4 minggu ke-2
Rata-rata 26.2 4.4 25 24.2 33.8
Kepadatan 6550000 1100000 6250000 6050000 8450000
Tabel Hasil Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
     
Hari pengecekan Kepadatan
1 46,47
2 60,14
3 98,23
4 48,45
5 979
ΣA 1232,29
Rata – rata 246,258

                             Tabel kultur Scenedesmus sp.
         
Grafik kultur Scenedesmus sp.
       
           Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp
           
Hari Ke - Jenis Kultur
Scenedesmus sp. Chlorella sp.
Kelompok
3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 4 13 14 15 - 17 18 19 20
Kepadatan   (x .  10 4 individu / ml)
1 180 55 70 185
17 200 320 35 390
2 55 70 110 300 41 315 345 265 130
3 100 95 135 162 280 -
4 - 352 -
5 - 203 -
6 - -
7 340 245 538 100 305 530 760 110 180
8 115 - 90 1550 345 130 325
9 120 - 260 425 130 335
10 - 65 510 620 360
11 - 170 -
12 - -
13 - -
14 175 895 780 915 2265 555 385 155 385 465
15 165 - 705 680 - 265
16 - 680 320 285
17 - - 340
18 - 480
19 - -
20 - -
21 545 995 1925 960 1015 1260 745 2750 190


4.2 Pembahasan

      4.2.1 Kepadatan Scenedesmus sp

         Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kepadatan kultur Scenedesmus sp., ternyata selama masa kultur tanpa menggunakan cahaya lampu, tingkat kepadatan populasi pada hari ke-2 dan ke-4 menurun. Kepadatan kultur plankton yang selama masa kulturnya menggunakan cahaya lampu, pertumbuhan harian populasi Scenedesmus sp. tiap harinya terus meningkat .
Pada percobaan kultur Scenedesmus sp. pertama (tanpa lampu), bibit Scenedesmus sp. yang di gunakan adalah sebanyak 55.8 individu/ml, pupuk yang digunakan sebanyak 3.5 ml/l, dan volume air yang digunakan adalah sebanyak 940.9 ml/l (berdasarkan perhitungan di atas).
Setelah dua hari berjalan kepadatan Scenedesmus sp. berkurang dari hari yang pertama dan meningkat kembali pada hari ketiga, kemudian menurun kembali pada hari ke empat. Hal tersebut terjadi karena kultur Scenedesmus sp. tidak diberi cahaya . Jadi tumbuhnya Scnedesmus sp. tidak merata, bahkan ada yang mati.
Pada percobaan kultur Scenedesmus sp. yang ke dua (diberi lampu), bibit Scenedesmus sp. yang digunakan adalah sebanyak 29,4 individu/ml, pupuk yang digunakan sebanyak 3.5 ml/l , volume air yang digunakan 967.1 ml/l, Scenedesmus sp. yang di sentrifugasi adalah setengah tabung sentrifugasi, dan berat Scenedesmus sp. Yang telah di sentrifugasi adalah 0.05 gram (berdasarkan perhitungan di atas). Berbeda dengan kultur yang pertama pertumbuhan Scenesesmus sp. menurun, pada kultur yang ke dua pertumbuhan Scenedesmus sp. tiap harinya semakin meningkat karena kultur Scenedesmus sp. di beri cahaya lampu.
Dalam mengkultur fitoplankton, berarti cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Cahaya merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mengkultur Scenedesmus sp. Tanpa cahaya Scenedesmus sp. akan mati seperti pada percobaan kultur pertama. Berarti cahaya merupakan faktor penting dalam teknik mengkultur plankton.
Hasil dari tiap-tiap kelompok kultur Scenedesmus sp. berbeda-beda. Itu tergantung pada banyaknya pupuk organik cair yang digunakan serta factor-faktor lainnya. Semakin banyak pupuk yang di masukkan ke dalam toples semakin banyak pula Scenedesmus sp. yang akan tumbuh. Selain pemupukkan pertumbuhan Scenedesmus sp. juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti cahaya, dalam budidaya plankton juga harus memperhatikan alat dan bahan yang akan digunakan, semuanya harus dilakukan dengan benar supaya menghasilkan hasil yang maksimal. Perlu diingat dalam budidaya plankton alat-alat yang digunakan haruslah bersih, agar tidak  terkontaminasi  dengan organisme lain  yang akan mengganggu pertumbuhan. Penyediaan bibit  juga harus sangat murni (satu spesies) agar menghindari keanekaragaman plankton. Beberapa faktor fisika juga bisa mempengaruhi pertumbuhan plankton diantaranya antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. Salah satu faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
       Dalam mengkultur Fitoplankton ini, dapat kita simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan kultur murni fitoplankton adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan pH. Faktor utama yang menyebabkan jumlah populasi Scenedesmus sp. percobaan pertama kami menurun adalah tidak adanya cahaya lampu.
Perkembangan budidaya palankton dikatakan berhasil jika memenuhi faktor-faktor dibawah ini diantaranya :
1. Faktor biologis meliputi penyediaan bibit yang bermutu (termasuk kemurnian) dan jumlah yang mencukupi serta kandungan gizi bibit (penggunaan pupuk organik).
2. Faktor fisika yang mempengaruhi antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya.
3. Faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur.
4. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu kebersihan  dari  alat-alat  kultur  agar tidak  terkontaminasi  dengan organisme lain  yang akan mengganggu pertumbuhan.

5.2 Saran
       Dalam kegiatan kultur murni fitoplankton, sebaiknya sterilisaasi media dan alat-alat harus selalu di jaga agar kultur tidak terkontaminasi. Perlu adanya penambahan unsur hara terhadap media kultur, yaitu berupa pemberian pupuk yang optimal dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan dan kualitas air agar makanan alami tersedia dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan.
Sebaiknya kultur yang sudah berkembang setelah 7 hari sesegera mungkin dipanen, karena apabila terlambat kemungkinan besar Scenedesmus sp. akan mati. Pemberian pencahayaan selama 24 jam terus menerus sebelum kultur berkembang diketahui dapat memicu perkembangan yang baik. Agar Scenedesmus sp. tetap melimpah dalam waktu yang lama, dan lakukan pemupukan ulang.


DAFTAR PUSTAKA
Davis,C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State Univ.Press.
Hutabarat, S dan Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton Daerah Tropik . UI Press: Jakarta.
Mahyuddin, Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agrobisnis Patin, Penebar swadaya: Jakarta.
Mulyanto, W. 1992. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia :Jakarta.
Nontji, Anugerah. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology . WB Saunders Company.Phyladelphia.
Romimohtarto, Kasijan. 2004. Meroplanton Laut . Djambatan: Jakarta.
Romimohtarto, Kasijan.dkk. 2007. Biologi laut . Ilmu Tentang Biota Laut.Djambatan: Jakarta.
Rostini,I.2007. Kultur fitoplankton pada skala laboratorium Unpadpress: Bandung.
Sachlan, M. 1982.Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Stewart. M dan Hutabarat.1986. Kunci Identifikasi Plankton. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang.
Stone, D. 1997.Biodiversity of Indonesia. Singapore:Tien Wah Press.
Wardhana, Wisnu. 2003. Teknik Sampling, Pengawetan dan Analisis Plankton. Departemen  
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Indonesia: Jakarta
<

Laporan Praktikum Planktonologi Kultur Daphnia sp.


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Plankton adalah organisme yang hidupnya mengembara mengikuti massa jenis air, plankton bukanlah suatu organisme melainkan suatu sifat. Yaitu sifat yang memanfaatkan massa jenis air untuk berpindah tempat dan mencari makan. Tidak hanya berdiam diri saja, tetapi beberapa jenis dari plankton juga ada yang memiliki alat gerak yang biasa disebut flagel. Ubur-ubur adalah plankton dengan ukuran terbesar.
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, dan di sempurnakan oleh Haeckel pada tahun 1890. Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengembara. Definisi tentang plankton (euplankton) telah bnayk dikemukakan oleh para ahli dengan pendapat yang hampirn sama, yakni, seluruh kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Jenis organism yang hidup mengembara mengikuti arus dengan cara menempel pada benda-benda terapung sedangkan ia sendiri tidak dapat berenang bebas disebut pseudoplankton. Termasuk kelompok pseudoplankton adalah organisme menempel seperti teritip (Bernacle dan Lepas). Individu plankton (plankter) umumnya berukuran mikroskopis, meskipun demikian ada pula plankter yang berukuran beberapa meter misalnya Scyphozoa (Coelenterata) dapat mencapaiukuran 1 m dengan tentakel sepanjang 25 m. Zooplankton juga dapat bersifatsebagai pleuston (Physalia dan Velella) dan hyponeuston (umumnya mempunyaitubuh trasnparan) (Lenz, 2004).
Plankton merupakan produsen utama dalam rantai makanan dunia air,ada dua garis besar plankton, yaitu zooplankton dan phytoplankton dalammanejemen sumberdaya perairan,plankton merupakan indikator dari kesuburansuatu perairan di mana semakin subur suatu perairan maka akan semakinberlimpah pula sumberdayanya. Ukuran plankton sangat beraneka ragam dariyang terkecil yang disebut ultraplankton ukurannya < 0.005 mm atau 5 mikron,seperti bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplankton yang berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring planktonbiasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambil jumlah besar airlaut (Kasijan dkk,2007).Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya,mengapung, mengambang, atau melayang didalam air yang kemampuanrenangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung,menghanyut atau berenang sangat lemah, artinya mereka tak dapat melawanarus. Plankton terdiri dari fitoplankton (phytoplankton) atau pelankton tumbuh-tumbuhan dan zooplankton atau pelankton hewan (Sri, 2007).

1.2   Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui klasifikasi, ciri morfologi, siklus hidup, cara reproduksi, habitat dan penyebaran dari daphnia serta teknik mengkultur atau membudidayakan daphnia.
1.3 Manfaat Praktikum
-  Dapat membudidayakan plankton dengan cara yang benar.
-  Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu pertumbuhan dan kematian
   plankton.
-  Menambah pemahaman mahasiswa tentang kultur plankton (daphnia sp.)
-  Menambah keterampilan mahasiswa terutama dalam mengkultur plankton dan pengambilan  
   sampel plankton.
-  Manfaat lain dari penyusunan makalah ini adalah dapat dijadikan sebagai sumber bacaan baik 
   bagi mahasiswa maupun dosen.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Definisi Kultur
Kultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977).
Kultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).
Kultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk kepentingan konsumsi manusia (Webster’s Dictionary, 1990).

2.2 Definisi Daphnia sp.
Daphnia adalah termasuk jenis zooplankton yang hidup di air tawar. Mendiami kolam atau dnau-danau. Daphnia dapat hidup di daerah tropis maupun di subtropis. Kehidupan Daphnia di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu dan  oxygen terlarut.
Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yangbtidak terlihat. Pada kepalabagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak, Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagaian mulut.
Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara
sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan
menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga
menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan
yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi
perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau
epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.
Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang
waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata
sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor.
Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri bakteri fitoplankton dan detritus. Kebiasaan makannya dengan caran membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakkan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya.
2.3 Klasifikasi Daphnia sp.
http://i187.photobucket.com/albums/x20/_bluesmarties_/daphnia.jpg
   Gambar1. Daphnia sp.
Filum               : Arthropoda
Subfilum         : Crustacea
Kelas               : Branchiopoda
Subkelas          : Diplostraca
Ordo               : Cladocera
Subordo          : Eucladocera
Famili              : Daphnidae
Subfamili         : Daphnoidea
Genus             : Daphnia
Spesies           : Daphnia sp.

2.4 Habitat Daphnia sp.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau
danau.
Daphnia dapat timbuh optimum pada selang suhu 18-24°C. Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia. Diluar selang tersebut, Daphnia akan cenderung dorman. Daphnia membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.7 sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya mereka. Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam, seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan deterjen. Daphnia merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk medapatkan pakannya berupa makhluk-makhluk bersel tunggal seperti algae, dan jenis protozoa lain serta detritus organik. Selain itu, mereka juga membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air adalah Kalsium, unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan "cangkang"nya. Daphnia diketahui toleran dengan kadar oksigen terlarut rendah. Pada kondisi dengan kadar oksigen terlarut rendah, mereka akan membentuk hemoglobin untuk membantu pendistribusian oksigen dalam tubuh mereka. Kehadiaran hemoglobin ini sering menyebabkan Daphnia berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup. (Warna Daphnia seringkali ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi, sebagai contoh apabila mereka mengkonsumsi algae, maka tubuhnya akan cenderung berwarna hijau). Suplai oksigen dapat diberikan pada kultur untuk menjamin kadar oksigen yang memadai.
2.5 Reproduksi Daphnia sp.
Dalam keadaan normal, dimana kualitas air sesuai dan jumlah pakan cukup tersedia Daphnia akan manghasilkan keturunannya tanpa kawin (aseksual/parternogenesis). Dalam kondisi demikian hampir semua Daphnia yang ada adalah betina. Telur yang tidak dibuahi ini berkembang sedemikian rupa dalam kantung telur di tubuh induk, kemudian berubah menjadi larva. Seekor Daphnia betina bisa menghasilkan larva setiap 2 atau 3 hari sekali. Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menghasilkan 13 milyar keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah ini bisa sukses hidup hingga dewasa, keseimbangan alam telah mengaturnya sedemikian rupa dengan diciptakannya berbagai musuh alami Daphnia untuk mengendalikan populasi mereka. Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk dewasanya tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang. Apabila kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sangat berkurang, beberapa Daphnia akan memproduksi telur berjenis kelamin jantan. Kehadiran jantan ini diperlukan untuk membuahi telur, yang selanjutnya akan berubah menjadi telur tidur (kista/aphippa). Seekor jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu periode. Telur hasil pembuahan ini mempunyai cangkang tebal dan dilindungi dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk sedemikian rupa. Telur tersebut dapat bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan. Telur ini bias bertahan selama lebih dari 20 tahun dan menetas setelah menemukan kondisi yang sesuai. Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara aseksual.
Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas.
2.6  Kegunaan Daphnia sp.
Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga hewan  kecil lainnya. Kandungan proteinnya bisa mencapai  lebih dari 70% kadar bahan kering.  Secara umum,  dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 %  abu.   Kepopulerannya sebagai pakan ikan selain karena kandungan gizinya serta ukurannya,  adalah juga karena "kemudahannya" dibudidayakan  sehingga dapat tersedia dalam jumlah  mencukupi,  hampir setiap saat. 
Kegunaan lainnya yaitu :
-  Mudah di cerna oleh benih ikan sebab mengandung enzim pencernaan yang berfungsi untuk  
   menghancurkan diri-sendiri.
-  Pemberian Daphnia sp, yang hidup tidak menyabakan penurunan kualitas air
-  Kandungan asam amino esensial pada Daphnia sp, hampir mirip dengan artemia sehingga nilai
   nutrisinya tinggi.




BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1  Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Tempat      :  Laboratorium Gedung Dekanat Lantai 1 FPIK
Waktu       :  Hari Senin
Tanggal     : 7 Mei 2012
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang Digunakan
- Timbangan Neraca Ohauss
- Sendok
- Aerasi
- Akuarium
- Kaca pembesar
- Mangkuk
- Selang aerasi
- Gelas ukur
- Cawan petri
- Hand counter
- Plankton net
3.2.2 Bahan yang Digunakan
- Bibit Daphnia sp. sebanyak 100 individu/ml
- Air bersih sebanyak 5 liter
- Pupuk ayam+kain kasa seberat 30 gram
       3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapkan Alat dan Bahan
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kultur Daphnia sp.
2.      Menimbang pupuk ayam dan kain kasa seberat 30 gram menggunakan neraca Ohauss
3.      Membersihkan aquarium sebagai tempat kultur Daphnia sp. menggunakan air bersih
4.      Setelah aquarium bersih, kemudian memasukkan air ke dalam aquarium sebanyak 5 liter
5.      Lalu memasangkan peralatan aerasi
6.      Kemudian pupuk ayam+kain kasa yang sudah di timbang tadi di masukkan ke aquarium
7.      Terakhir  bibit Daphnia sp. di masukkan ke dalam aquarium sebanyak 100 individu/ml.
3.3.2 Perhitungan Kepadatan Stok Awal
Stok awal bibit Daphnia sp. yang dimasukkan ke adalam akuarium adalah 100 
individu/ml.
3.3.3 Perhitungan Padat Tebar dan Volume Air
-    Perhitungan padat tebar
     Perhitungan padat tebar bibit Daphnia dilakukan secara manual, yaitu dihitung satu   
     persatu dengan menggunakan sendok sebanyak 100 individu/ml.
-          Volume air
Volume air bersih yang digunakan untuk kultur Daphnia adalah 5 liter.
3.3.4  Perhitungan Pengenceran/ Penambahan Air Bersih Sebagai Media Kultur
Penambahan air bersih sebagai media kultur Daphnia volumenya diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 5 liter. Setelah air bersih di ukur, kemudian air di masukkan ke dalam akuarium untuk mengkultur Daphnia.
           
3.3.5 Pemupukan
Setelah Air bersih dimasukkan ke dalam akuarium sebanyak 5 Liter, langkah ke dua adalah melakukan pemupukkan. Pupuk yang telah ditentukan akan digunakan sebagai sumber unsur hara dalam media kultur pakan alami  (kotoran ayam kering) selanjutnya dihitung dan ditimbang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan yaitu sebanyak 30 gram+ kain kasa . Penimbangan dilakukan setelah wadah budidaya disiapkan. Kemudian pupuk ayam tersebut dibugkus menggunakan kain kasa dan di ikat dengan tali rapia agar pupuk tersebut dapat mudah larut didalam media kultur pakan alami Daphnia. Pupuk tersebut akan berproses didalam media dan akan tumbuh mikroorganisme sebagai makanan utama dari Daphnia.
3.3.6 Penebaran
Penebaran bibit Daphnia sp. dilakukan setelah air bersih dan kotoran ayam kering dimasukkan ke dalam akuarium. Padat penebaran  dimasukkan sebanyak 100 individu/l.
2.3.7 Aerasi
Setelah air bersih, kotoran ayam kering dan penebaran bibit Daphnia sp. di masukkan kedalam akuarium, langkah selanjutnya adalah memasangkan aerasi.
 Aerasi yang diberikan bertujuan untuk mensuplai oksigen dan membantu penguapan gas-gas yang tidak berguna, pengadukan untuk menekan pengendapan, menambah pertukaran gas antara media dan udara. Aerasi diberikan terus menerus, mulai penebaran bibit sampai kegiatan kultur selesai.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Perhitungan Kepadatan Daphnia sp.
Kepadatan Daphnia dihitung secara manual, Daphnia diambil sebanyak 100 individu dari sumber yang telah disediakan oleh asdos Laboratorium.
Setelah pasca panen, kelimpahan Daphnia jumlahnya menjadi menurun yaitu hanya 51  individu. Daphnia mengalami kematian, dikarenakan beberapa faktor.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
- Perhitungan padat tebar dan volume air bersih
  Jumlah padat tebar Daphnia yang digunakan untuk mengkultur adalah 100 individu, diambil    
  secara manual dari sumber yang telah disediakan oleh asdos Laboratorium.
  Volume air bersih yang digunakan untuk kultur Daphnia adalah 5000 ml= 5 Liter.
- Menghitung volume air bersih yang akan dimasukan ke dalam aquarium.
 Air bersih yang dipakai untuk mengkultur Daphnia di ambil dari air kran. Volume air yang 
 digunakan adalah 5 Liter, diukur dengan menggunakan gelas kimia.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kepadatan Dahnia s.

Pada praktikum kali ini kita membudidayakan daphnia dengan menggunakan media aquarium, Karena Daphnia hidup di air tawar maka air yang digunakan untuk mengkultur Daphnia adalah air kran bersih dan penambahan media lainnya. Media yang dipakai pada praktikum kultur Daphnia ini adalah media kotoran ayam, kotoran kambing, dan kotoran sapi. Media ini digunakan sebagai tempat tumbuhnya Daphnia.
Kelompok kami yaitu kelompok empat menggunakan media kotoran ayam, yang berfungsi sebagai pupuk untuk menumbuhkan fitoplankton. Di dalam air pupuk akan diuraikan oleh bakteri menjadi bahan anorganik yanag akan dimanfaatkan oleh fitoplanton. Kotoran ayam yang dipakai adalah 30 gram+kain kasa untuk satu akuariumnya, serta air yang dimasukkan adalah sebanyak 5 Liter.
Untuk menghitung kepadatan daphnia pada saat dilakukan pemanenan, perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat kaca pembesar. Daphnia dalam aquarium disaring dengan menggunakan plankton net. Setelah Daphnia tersaring kemudain jumlah Daphnia yang tersaring bersama air, dimasukkan kedalam mangkuk, lalu di hitung individunya menggunakan sendok dan jumlahnya dihitung dengan menggunakan hand counter.
Pemanenan dilakukan pada hari ke 7. Dari hasil praktikum kelompok empat, total panen Daphnia yang masih hidup  adalah sebanyak 51 individu. Padahal stok awal bibit Daphnia yang di masukkan adalah 100 individu. Itu berarti Daphnia yang dibudidayakan mengalami kematian. Kotoran ayam dalam praktikum digunakan sebagai makanan Daphnia, Pupuk yang dimasukkan kedalam media kultur pakan alami Daphnia ini berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan beragam phytoplankton sebagai makanan utama Daphnia. . Dengan tumbuhnya pakan daphnia didalam media kultur maka pakan alami yang akan dipelihara didalam wadah budidaya tersebut akan tumbuh dan berkembang, karena di dalam kotoran tersebut terdapat plankton yang ukurannya lebih kecil dari Daphnia. Dan kematian Daphnia yang drastis kemungkinan diakibatkan dari kotoran ayam yang merupakan pakan Daphnia habis dan plankton-plankton tersebutpun habis sehingga Daphnia tidak dapat bertahan hidup.
Sedangkan keberhasilan kultur Daphnia yang di dapat oleh kelompok lain seperti kelompok 3&4, 5&6, itu dikarenakan medianya yang baik. Media yang di pakai mungkin sesuai dengan kultur hidup Daphnia dan baik bagi pertumbuhannya. Kegagalan pada setiap kelompok bisa saja disebabkan oleh kurangnya ketersediaan oksigen terlarut, ini kemungkinan besar disebabkan karena padat tebar yang terlalu tinggi dan juga aerasi yang tidak stabil. Kurangnya oksigen terlarut di dalam media kultur menyebabkan Daphnia mati.
Daphnia merupakan hawan yang sensitif terhadap kontaminasi bahan kimia sehingga wadah yang di gunakan harus disterilisasikan. Faktor lingkungan seperti sinar matahari sangat menunjang keberhasilan budidaya karena ekologi cahaya berfungsi sebagai proses fotosintesa yang dapat merangsang fhytoplankton tumbuh dan berkembang cepat.
Pemupukan bertujuan : meningkatkan zat hara dalam perairan, sehingga menumbuhkan fhytoplankton dan organisme lain. Sehingga dalam budidaya daphnia kiranya perlu melakukan pemupukan susulan. Didalam pemupukan hal yang perlu diperhatikan : dosis pupuk yang dibutuhkan karna bila terjadi kelebihan pupuk mengakibatkan bloming fhytoplankton.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak, dan juga hewan kecil lainnya. Kandungan proteinnya bias mencapai lebih dari 70% kadar bahan kering.
Pemanenan Daphnia dilakukan pada hari ke 7, Dari hasil praktikum kelompok empat, total panen Daphnia yang masih hidup  adalah sebanyak 51 individu. Padahal stok awal bibit Daphnia yang di masukkan adalah 100 individu. Itu berarti Daphnia yang dibudidayakan mengalami kematian
            Kematian kultur Daphnia ini kemungkinan besar disebabkan karena suhu yang berubah-ubah. Dengan fluktuasinya suhu menyebabkan terjadinya disosiasi ammonia menjadi bahan-bahan beracun. Kotoran ayam dalam praktikum dapat di manfaatkan Daphnia sebagai makanannya, karena di dalam kotoran ayam tersebut terdapat plankton yang ukurannya lebih kecil lagi dari Daphnia. Kematian Daphnia yang drastis kemungkinan di akibatkan kotoran ayam yang merupakan pakan Daphnia habis, dan plankton-plankton tersebutpun habis, sehingga Daphnia tidak dapat bertahan hidup.
5.2 Saran
Agar Daphnia tetap tumbuh dan berkembang seharusnya dilakukan pemupukkan susulan.Fungsi utama pemupukan susulan adalah untuk menumbuhkan pakan yang dibutuhkan oleh Daphnia agar tumbuh dan berkembang.
Kemudian lebih bagusnya pertumbuhan Daphnia dipantau setiap harinya, Pemantauan pertumbuhan pakan alami Daphnia di media kultur harus dilakukan agar tidak terjadi kematian yang tinggi didalam media. Kematian Daphnia bisa disebabkan oleh kepadatan populasi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, juga bisa di sebabkan oleh habisnya kotoran ayam kering yang berfungsi sebagai pakan Daphnia.





DAFTAR PUSTAKA
Davis,C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State Univ.Press.
Hutabarat, S dan Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton Daerah Tropik . UI Press: Jakarta.
Mahyuddin, Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agrobisnis Patin, Penebar swadaya: Jakarta.
Mulyanto, W. 1992. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia :Jakarta.
Nontji, Anugerah. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology . WB Saunders Company.Phyladelphia.
Romimohtarto, Kasijan. 2004. Meroplanton Laut . Djambatan: Jakarta.
Romimohtarto, Kasijan.dkk. 2007. Biologi laut . Ilmu Tentang Biota Laut.Djambatan: Jakarta.
Rostini,I.2007. Kultur fitoplankton pada skala laboratorium Unpadpress: Bandung.
Sachlan, M. 1982.Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Stewart. M dan Hutabarat.1986. Kunci Identifikasi Plankton. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang.
Stone, D. 1997.Biodiversity of Indonesia. Singapore:Tien Wah Press.
Wardhana, Wisnu. 2003. Teknik Sampling, Pengawetan dan Analisis Plankton. Departemen  
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Indonesia: Jakarta